
Didin Tetap Bertugas Lebaran Rela Tak Pulang Demi Keamanan
Didin Tetap Bertugas Lebaran Rela Tak Pulang Demi Keamanan
Ketika sebagian besar orang menikmati hangatnya berkumpul bersama keluarga saat Hari Raya Idulfitri, tidak sedikit dari mereka yang harus mengesampingkan waktu kebersamaan demi tugas dan tanggung jawab. Salah satu sosok yang patut diapresiasi atas dedikasinya adalah Didin, seorang petugas pengamanan wisata alam di salah satu destinasi populer di Indonesia.
Didin Tetap Bertugas Lebaran Rela Tak Pulang Demi Keamanan
Didin memilih tetap berjaga meskipun itu berarti tidak dapat merayakan Lebaran bersama keluarganya di kampung halaman. Bukan tanpa alasan, keputusannya tersebut didasari oleh keinginan untuk menjaga kenyamanan dan keselamatan para wisatawan yang memadati lokasi wisata selama libur panjang Lebaran.
Menjaga Keamanan di Tengah Ramainya Wisatawan
Libur Idulfitri sering kali dimanfaatkan masyarakat untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Arus kunjungan yang membludak dapat menimbulkan berbagai potensi risiko, mulai dari kecelakaan ringan hingga gangguan kesehatan akibat kelelahan atau medan yang tidak bersahabat. Didin memahami hal tersebut dengan sangat baik. Ia menyadari bahwa keberadaannya di lapangan sangat dibutuhkan demi memastikan semua pengunjung dapat menikmati liburan dengan aman.
Sebagai petugas, Didin tidak hanya bertugas memantau kondisi area wisata dari pos penjagaan. Ia kerap kali harus berjalan jauh, menyusuri jalan-jalan menanjak dan menurun yang cukup curam, terutama di kawasan perbukitan dan hutan. Semua dilakukan demi memastikan tidak ada pengunjung yang tersesat atau mengalami masalah di medan yang cukup menantang.
Naik Turun Perbukitan Demi Tugas
Didin bukan sekadar duduk manis mengawasi dari kejauhan. Ia benar-benar terjun langsung ke lokasi, naik turun bukit untuk meninjau titik-titik rawan di kawasan wisata. Bahkan, dalam beberapa situasi, ia ikut membantu wisatawan yang kelelahan atau mengalami cedera ringan karena medan yang cukup berat.
“Kadang ada pengunjung yang tidak menyadari kalau jalur trekking terlalu menantang untuk anak-anak atau orang tua. Kalau sudah begitu, kami harus turun langsung untuk memberikan bantuan,” ujar Didin saat ditemui di sela-sela patroli.
Pengalaman itu sudah menjadi bagian dari kesehariannya, terlebih saat musim libur tiba. Cuaca yang tidak menentu pun menjadi tantangan tambahan, namun hal tersebut tak membuat semangat Didin surut.
Menjadi Garda Terdepan dalam Pelayanan
Selain tanggung jawab terhadap keamanan fisik pengunjung, Didin juga menjalankan peran sebagai pemberi informasi. Ia sering kali dimintai petunjuk arah, rekomendasi jalur aman, hingga tempat beristirahat yang nyaman di sekitar lokasi wisata. Pelayanan seperti inilah yang membuat wisatawan merasa lebih nyaman dan aman saat berkunjung.
“Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?” katanya sembari tersenyum. Meski rindu keluarga, Didin tetap memilih untuk menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati. Baginya, kepuasan pengunjung dan terhindarnya mereka dari bahaya adalah bentuk pengabdian yang membanggakan.
Rindu yang Harus Ditunda
Lebaran memang identik dengan momen berkumpul bersama orang-orang terkasih. Namun bagi Didin, tanggung jawab dan loyalitas terhadap pekerjaan menjadi prioritas yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Ia tetap menyempatkan diri untuk menelepon keluarganya di kampung, mengucapkan selamat Lebaran meski hanya melalui sambungan telepon.
“Anak-anak di rumah sudah tahu kalau ayahnya kerja. Mereka juga mendoakan saya agar tetap sehat dan kuat menjaga wisatawan di sini,” ujarnya haru.
Dedikasi Didin adalah contoh nyata dari pengorbanan yang dilakukan oleh banyak petugas layanan publik selama masa liburan. Mereka mungkin tidak terlihat di panggung utama, tapi peran mereka sangat vital dalam menciptakan kenyamanan dan keselamatan bagi banyak orang.
Penutup
Keikhlasan Didin untuk tetap bertugas di hari raya adalah cerminan dari semangat pelayanan tanpa pamrih. Di balik liburan yang menyenangkan bagi wisatawan, ada sosok-sosok seperti Didin yang rela meninggalkan kehangatan keluarga demi memastikan semuanya berjalan aman dan lancar. Semoga apresiasi terhadap dedikasi seperti ini semakin tumbuh di tengah masyarakat.

Toko Busana di Palabuhanratu Diserbu Warga Menjelang Lebaran
Toko Busana di Palabuhanratu Diserbu Warga Menjelang Lebaran
Mendekati momen Lebaran, pusat perbelanjaan busana di Palabuhanratu, pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi, menjadi destinasi utama warga yang ingin tampil baru saat hari kemenangan tiba. Antusiasme masyarakat terlihat dari panjangnya antrean di depan toko-toko pakaian dan ramainya pengunjung yang memenuhi lorong-lorong toko sejak pagi hari.
Toko Busana di Palabuhanratu Diserbu Warga Menjelang Lebaran
Salah satu toko busana terbesar di kawasan tersebut bahkan mencatat lonjakan pengunjung hingga dua kali lipat dibandingkan hari-hari biasa. Keadaan ini mencerminkan tingginya semangat masyarakat dalam menyambut Hari Raya Idulfitri, di mana mengenakan pakaian baru telah menjadi bagian dari tradisi yang lekat di hati umat Muslim Indonesia.
Diskon dan Koleksi Baru Jadi Daya Tarik
Menurut Sari, salah satu pengunjung yang datang bersama keluarga, ia sengaja datang sejak pagi untuk mendapatkan koleksi pakaian terbaru yang ditawarkan dengan potongan harga besar-besaran.
“Kebiasaan kami sekeluarga, tiap menjelang Lebaran pasti beli baju baru. Alhamdulillah, di sini lengkap dan diskonnya lumayan. Kalau telat datang, takutnya habis duluan,” ujarnya sambil menunjukkan setelan gamis yang baru dibelinya.
Pihak pengelola toko menyatakan bahwa mereka telah bersiap menghadapi lonjakan pengunjung dengan menambah stok, memperluas display produk, dan menambah kasir untuk mempercepat layanan. Promo diskon hingga 70 persen juga ditawarkan pada koleksi tertentu, menjadikan momen ini kesempatan emas bagi konsumen untuk berbelanja hemat.
Kemacetan dan Parkir Jadi Tantangan
Di balik euforia belanja, kemacetan dan keterbatasan lahan parkir menjadi keluhan utama para pengunjung. Banyak kendaraan yang terpaksa parkir di pinggir jalan karena area parkir penuh sejak siang hari. Petugas keamanan toko dan pihak kepolisian setempat terlihat berjaga-jaga untuk memastikan keamanan dan ketertiban tetap terjaga.
“Kami berkoordinasi dengan aparat untuk mengatur lalu lintas dan mengantisipasi penumpukan kendaraan,” kata Rudi, salah satu petugas keamanan toko.
Peningkatan Ekonomi UMKM Lokal
Kondisi ini juga membawa berkah bagi pelaku usaha kecil menengah (UMKM) di sekitar lokasi. Banyak pedagang kaki lima dan penjual makanan ringan yang ikut meraup rezeki dari keramaian tersebut. Tak hanya toko besar, lapak-lapak kecil pun diserbu pembeli yang ingin melengkapi kebutuhan Lebaran seperti kerudung, sandal, hingga makanan ringan untuk suguhan tamu.
Asep, salah satu pedagang kerudung di pinggir jalan, mengaku penjualannya meningkat drastis dalam dua minggu terakhir. “Kalau Lebaran begini, kami bisa jual dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dibanding hari biasa,” ujarnya sambil melayani pembeli.
Tradisi yang Terus Hidup
Fenomena ini menjadi bukti bahwa tradisi berbelanja pakaian baru menjelang Lebaran masih sangat kuat di masyarakat. Bukan sekadar penampilan, namun juga sebagai simbol kebahagiaan dan rasa syukur atas berkah Ramadan yang telah dijalani.
Dengan kembalinya aktivitas ekonomi setelah pandemi, semangat belanja warga juga seolah terobati. Kehadiran keluarga dan kerabat dalam suasana penuh suka cita membuat tradisi ini terasa semakin istimewa.
Penutup
Keramaian pusat perbelanjaan busana di Palabuhanratu jelang Lebaran tidak hanya menunjukkan geliat ekonomi lokal yang bangkit, tapi juga mencerminkan eratnya hubungan antara budaya dan perayaan keagamaan di Indonesia. Tradisi membeli baju baru bukan sekadar kegiatan konsumtif, tetapi juga bentuk ekspresi rasa syukur dan kebersamaan.
Bagi warga Sukabumi dan sekitarnya, momen ini menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan spiritual menyambut Hari Raya Idulfitri. Dan bagi pelaku usaha, inilah saat yang dinanti untuk mendulang keberkahan rezeki.